Hukum kematian manusia masih terus terjadi,
Karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita
Dan esok hari tiba-tiba sudah menjadi bagian dari suatu berita
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan
Maka manusia diantara keduanya, dalam alam impian dan khayalan
Maka selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
Akan berlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
(Diambil secara bebas dari kitab Laa Tahzan).
Karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita
Dan esok hari tiba-tiba sudah menjadi bagian dari suatu berita
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan
Maka manusia diantara keduanya, dalam alam impian dan khayalan
Maka selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
Akan berlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
(Diambil secara bebas dari kitab Laa Tahzan).
DEMIKIANLAH hakikat kematian dan kehidupan. Kehadirannya tidak selalu disertai dengan pendahuluan. Dan demikianlah kematian itu menimpa orang-orang mukmin.
”Diantara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya),” (QS Al-Ahzaab 23).
Setiap Jiwa akan Mati (Kullu nafsi Dzaaiqotul maut)
Khairil Anwar seorang penyair Pujangga Baru yang ingin hidup seribu tahun lagi, akhirnya mati juga bahkan dalam usia muda. Dan nun jauh disana di Palestina, orang-orang Yahudi yang datang dari penjuru dunia dan berkumpul untuk mendapatkan kehidupan dunia. Bahkan al-Qur’an mengabadikannya sebagai kelompok yang sangat rakus dan ingin hidup seribu tahun lebih. Akhirnya harus hidup gelisah, takut dan mencekam serta banyak yang mati dalam menghadapi para mujahidin Intifadhah. Khalid bin Walid yang berkali-kali mengikuti perang bersama Rasul saw. dan sahabat dan dalam tubuhnya ada 70 lebih bekas tusukan pedang, ternyata meninggal dalam pembaringan.
Begitulah ajal, punya cara tersendiri dalam mendatangi manusia. Suatu realitas yang akan menjemput setiap insan tanpa kecuali. Mereka yang sholih dan tholih (durhaka), mu’min dan kafir. Kematian menghancurkan setiap kelezatan dunia dan menghentikan langkah manusia di dunia. Tetapi banyak manusia yang lalai dan abai dari kematian. Padahal melalaikan kematian tidak berguna sama sekali untuk menolak kematian. Kematian pasti akan datang menjemput manusia, baik yang melalaikannya ataupun menyadarinya. Karena kematian adalah realitas (hak). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali Imraan 85).
Kematian akan datang kepada manusia baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok atau serentak. Musibah Tsunami, gempa bumi, longsor, badai, gunung meletus, kecelakaan pesawat terbang, kereta api dan kendaraan lainnya telah merenggut ratusan ribu nyawa secara serentak.. Bahkan kematian yang disebabkan karena musibah lebih banyak dari yang disebabkan oleh perang. Malaikat maut tidak pernah merasa lelah mengerjakan tugas ini dari Allah SWT. Dan tidak akan menunda-nunda waktu barang satu menitpun. Pada gilirannya malaikat maut akan menyapa dan mendatangi kita, dimana saja kita berada. ”Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS An-Nisa 78). Abu Darda berkata:”Apabila anda mengingat orang-orang yang sudah mati, maka anggaplah dirimu salah seorang di antara mereka”
Kematian merupakan rahasia Allah, tetapi Allah SWT. memberikan tanda-tandanya pada manusia, agar mereka sadar dan mempersiapkannya. Gigi rontok, rambut beruban, anggota badan sakit dan fisik melemah. Tanda-tanda lain berupa isyarat-isyarat yang Allah berikan berupa mimpi dan lainnya. Tanda-tanda ini sejatinya harus menjadi pelajaran dan nasehat bagi kita. Ibrahim An-Nakho’i berkata:”Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal dunia atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu akan ada sesuatu (ajal itu akan membawanya ke surga atau neraka)”.
Sakitnya Kematian (Sakaratul Maut)
”Dan datanglah sakaratul maut dengan benar, itulah yang senantiasa kamu hindari” (QS Qaaf 19). Wahai manusia inilah sakaratul maut yang kamu selalu hindari dan lari darinya. Padahal kematian itu pasti, dan sakaratul maut itu akan terjadi.
Sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang paling menyakitkan yang akan dirasakan manusia. Bahkan sesuatu yang teramat menyakitkan melebihi yang lainnya. Rasa sakit itu berbanding lurus dengan keimanan dan amal seseorang. Orang-orang kafir akan merasakan sakit yang paling berat. Mereka akan merasakan sakaratul maut berhari-hari bahkan mungkin lebih dari satu minggu. Begitu juga orang yang yang zhalim akan merasakan betapa pedihnya sakaratul maut. Sedangkan orang beriman akan merasakan sakit juga tetapi tidak seperti orang kafir atau zhalim.
Bagi orang beriman, kepedihan dan kesakitan sakaratul maut adalah akhir dari penderitaan di dunia, dan penghapusan atas segala dosa-dosa yang telah dilakukan untuk kemudian mendapatkan keridhoan Allah dan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan bagi orang-orang kafir sakaratul maut adalah awal dari azab di akhirat untuk kemudian mereka akan merasakan murka Allah dan azab yang lebih berat lagi. Yang pasti kedua golongan itu akan merasakan sakaratul maut. Dan yang paling ringan sakaratul mautnya adalah para syuhada. Bahkan mereka merindukan untuk hidup kembali dan mati syahid kembali.
Betapa beratnya sakaratul maut sampai Rasulullah saw. ketika menjelang ajalnya mencelupkan tangannya pada air dan berdo’a: Ya Allah ringankanlah padaku sakaratul maut” (HR at-Tirmidzi). Al-Qur’an dan Hadits telah menggambarkan bagaimana sakaratul maut. Bagi orang-orang yang kafir sangat menyakitkan sedangkan bagi orang-orang beriman sangat mudah. ” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata):”Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan ) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS al- An’am 93).
Kisah tentang kematian dan sakaratul maut sangat banyak sekali. Dan sekarang kita banyak dapati majalah-majalah yang menyebutkan tentang kondisi kematian seseorang, terutama orang-orang yang banyak berbuat maksiat. Para pezina baik lelaki maupun perempuan yang matinya bau busuk, yang mayatnya dimakan ulat dan belatung. Pemakan riba yang matinya gosong terbakar, para pemakan harta anak yatim yang matinya mengerikan, para penjudi yang matinya menghinakan, para pemabuk dan para pemuas seks bebas matinya di pangkuan pelacur. Para pemimpin kafir dan sekuler yang sekaratul mautnya lama dan dirahasiakan dsb. Kisah-kisah itu, walaupun mungkin cerita itu tidak benar semua dan banyak ilustri dan bumbu-bumbu dari sana-sini, tetapi yang pasti tidak semuanya salah.
Ingat Mati (Dzikrul Maut)
BETAPA kuatnya nasehat kematian, sehingga Rasulullah saw. Selalu melakukan ziarah qubur dan mengingat kematian. Dan memerintahkan kepada umatnya untuk berziarah kubur dan mengingat kematian. ” Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan” (HR At-Tirmidzi). Demikian anjuran Rasulullah saw. untuk mengingat kematian, karena mengingat kematian akan meningkatkan kesadaran dan jati diri manusia dalam kehidupan dunia. Mengingat kematian juga akan memberikan dampak positif dalam kehidupan dunia, berupa lembutnya hati, peka dan cepat merespon sehingga terpacu untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan kemaksiatan.
Rasulullah saw. bersabda: “Aku pernah melarang kalian ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur, karena melembutkan hati, meneteskan airmata, mengingat akhirat dan berkata jorok,” (HR Al-Hakim). Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i setelah menguburkan saudaranya yang meninggal, berdiri di depan kubur, berusaha memahami bahasa kuburan dan berdialog: ”Aku bertanya pada kuburan, mana harta dan perabotan? Mana kecantikan dan daya tarik? Mana kejayaan dan kesombongan? Mana kehinaan?” Demikianlah salafu shalih berinteraksi dengan kuburan.
Orang yang senantiasa mengingat kematian adalah orang yang paling cerdas. Ukuran kecerdasan seseorang dilihat dari sejauh mana dia bertindak secara efektif dan efesien, berbuat untuk kepentingan diri dan orang lain dan memiliki Visi – Misi jauh kedepan serta memiliki pengendalian diri yang kuat. Dan dengan mengingat kematian seseorang akan beramal sesuai dengan ukuran-ukuran tersebut. Rasulullah saw. ditanya oleh salah seorang sahabat dari Anshar, Ibnu Umar menceritakan:” Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah saw?” Rasul saw. menjawab:” Orang yang paling banyak ingat kematian dan paling banyak mempersiapkan untuk menjumpainya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat,” (HR Ibnu Majah).
Bagi orang-orang beriman yang menyakini hari akhir dan kesenanganan di surga, kematian berarti kunci untuk mendapatkan keni’matan tersebut dan mereka sangat rindu bertemu kekasihnya, Allah SWT. Dan terbebas dari beban-beban dan kesulitan hidup di dunia, karena dunia adalah penjara bagi orang – orang beriman. Sejarah telah membuktikan bagaimana orang-orang yang mencari kematian, merekalah yang mendapatkan kemuliaan di dunia. Para syuhada dalam jihad dan perjuangan merekalah yang mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Abu Bakar as-Shiddiq berkata: ”Bersemangatlah untuk meraih kematian, niscaya Allah akan memberikan padamu kehidupan”. Karena sejatinya orang yang mati syahid di jalan Allah, tidaklah mati, tetapi hidup disisi Allah SWT, hidup di alam barzakh dan hidup di akhirat.
Dzikrul maut telah membakar semangat orang-orang beriman untuk terus beramal shalih, berdakwah dan berjihad dengan tanpa pamrih dan tanpa butuh publikasi media masa. Karena mereka menyakini bahwa semua itu akan dicatat dan dipublikasikan di akhirat kelak. Disinilah perbedaan antara pahlawan dan selebriti. Para pahlawan senantiasa beramal dan berkorban sehingga merubah arah sejarah, mendapat sanjungan dan publikasi yang luas ketika mereka hidup dan meninggal. Sementara selebiriti selalu mencari publikasi untuk mempopulerkan dirinya. Mereka bagian dari korban sejarah dan hanya mendapat sanjungan sebelum meninggal, tetapi setelah meninggal, berita mereka hilang ditelan masa. Para pahlawan selalu mencari kematian sedangkan selebriti selalu mencari kehidupan.
Kehidupan Sesudah Kamatian (Al-Hayaatu ba’dal Maut)
Bagi orang beriman kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan dan membahagiakan. Di surga penuh dengan keni’matan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1000 tahun lagi. Tetapi sikap itu adalah sia-sia, dan utopia belaka, karena kematian pasti datang menjumpainya, suka atau tidak suka.
Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang riwayat imam Ahmad perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk diatas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari para malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan memerintahkan pada malaikat:” Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan ke dunia”. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga mendapat keni’matan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga dilapangkan kuburnya dan mendapat teman yang baik, dengan wajah yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
Sedangkan seorang yang kafir ketika akan meninggal dunia, datanglah malaikat hitam dengan membawa kain kotor. Datanglah malaikat maut dan duduk dikepalanya dan memerintahkan ruh yang buruk untuk keluar dari jasadnya. Malaikat maut menarik ruh itu dari jasadnya seperti menarik duri dari kain wol yang basah. Setelah itu ditaruh di kain yang kotor dan terciumlah bau busuk menyengat. Kemudian dibawa naik ke langit. Dan setiap naik ke langit para malaikat mempertanyakan ruh yang bau busuk tersebut. Dan ruh itu tidak sampai naik langit dimana Allah berada disana dan tidak bertemu Allah. Allah memerintahkan untuk mengembalikan ke jasadnya dan dicatat dalam kitab Sijjin. Datang kedua malaikat bertanya sebagaimana pertanyaan diatas, tetapi orang kafir itu hanya berkata oh-oh dan tidak dapat dijawabnya. Setelah itu diberi alas dari neraka, mendapat siksa kubur dan neraka selalu dibukakan pintunya. Dan ditemani dengan teman yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya dan buruk baunya. Teman itu adalah amalnya ketika di dunia.
Demikianlah, kematian merupakan sebuah pintu pembuka dari kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang abadi. Tidak ada pilihan ketiga. Setiap manusia akan melewati pintu itu cepat atau lambat. Dan hakikatnya segala sesuatu yang akan terjadi adalah cepat, karena waktu itu cepat berlalu. Sudah siapkah kita? Lalu persiapan apa yang harus kita lakukan? Hanya ada 3 bekal, harta yang diinfakkan, ilmu yang diamalkan dan anak sholih yang mendo’akan. Sedangkan landasan dari ketiganya yaitu, iman dan taqwa.
Detik-detik Rasulullah saw. menuju Ar-Rafiqul A’la (Daqaiq Rasul ila ar-Rafiqul ’Ala)
Agar kematian kita menjadi indah, agar peringatan kematian berpengaruh sangat kuat, maka alangkah baiknya jika kita mengetahui detik-detik terakhir Rasulullah saw. menuju Ar-Rafiqul A’la.
Isyarat itu berawal ketika Rasulullah saw. menunaikan Haji Wada’ dimana beliau mennyampaikan khutbah yang sangat menyentuh dan diawali:” Wahai manusia dengarkanlah ucapanku, sesungguhnya aku tidak tahu, mungkin tidak akan bertemu kalian lagi selepas tahun ini di tempat ini selamanya”. Dan setelah khutbah selesai, maka turunlah surat al-Maa-idah 3, ”Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu ni’mat-Ku, dan telah Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu”. Saat mendengar ayat itu, Umar ra menangis, dan ketika ditanya kenapa anda menangis ? Umar menjawab:” Karena tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan”.
DAN di hari Tasyrik turun surat an-Nashr. Ibnu Abbas mengomentari turunnya ayat ini, bahwa sudah dekat ajal Rasulullah saw. Di bulan Safar beliau mengunjungi syuhada Uhud dan menunaikan sholat untuk mereka, seolah mengucapkan perpisahan bagi yang hidup dan yang mati. Kemudian ke masjid Nabawi dan berkhutbah diatas mimbar:” Saya akan mendahului kalian dan saya akan menjadi saksi bagi kalian. Dan demi Allah saya akan melihat telagaku sekarang, saya diberi kunci-kunci perbendaharaan dunia, dan saya demi Allah tidak takut kalian musyrik setelahku, tetapi aku takut kalian akan berlomba-lomba meraih dunia”.
Malamnya beliau menuju kuburan Baqi dan memohonkan ampun bagi mereka dan mengucapkan salam: Assalamu’alaikum wahai ahli kubur. Beliau meneruskan:” Akan terjadi fitnah seperti gelapnya malam yang terakhir mengikuti yang awal, dan yang akhir lebih buruk dari yang awal”. Rasulullah saw. memberikan kabar gembira pada ahli Baqi dan berkata:” Kami akan menyusul kalian”.
Permulaan Rasulullah saw. sakit di akhir bulan Safar setelah mengantarkan jenazah, sakit kepala berat dan demam. Pada saat sakit berat itu Rasulullah masih sempat bertanya giliran pada istrinya: ”Saya besok dimana ?”. Maka seluruh istrinya setuju untuk dirawat dirumah ’Aisyah ra. ’Aisyah senatiasa membacakan Al-Qur’an, surat Al-Falaq dan Anas dan membacakan do’a untuk Rasul saw.
Pada hari kelima sebelum wafatnya, panas dan demam Rasulullah saw. meningkat dan minta disiram air. ” Siramilah aku tujuh gayung dari sumur yang berbeda supaya aku bisa bertemu sahabat. Kemudian panasnya berkurang dan masuk masjid, duduk di belakang mimbar dan berkhutbah:” Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid”. Kemudian melanjutkan:” Janganlah engkau jadikan kuburku patung yang disembah”. Kemudian beliau menawarkan dirinya untuk diqishos:” Siapa yang dahulu pundaknya di cambuk, maka inilah pundaku siap di cambuk, siapa yang dahulu kehormatannya dicederai, maka inilah kehormatanku siapa dibalas”. Setelah itu sholat Dzuhur. Dan ba’da sholat Dzhuhur beliau melanjutkan khutbah, berbicara tentang keutamaan Abu Bakar dan keutamaan Al-Anshar.
Pada hari keempat sebelum wafatnya Rasulullah saw. memberikan beberapa wasiat. Pertama; wasiat agar membebaskan Jazirah Arab dari Yahudi, Nashrani dan Musyrik, kedua; wasiat untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga; wasiat untuk tetap menjaga shalat dan memelihara budak”. Dan walaupun sakit berat, Rasulullah saw. tetap shalat bersama para sahabat. Pada malam hari menjelang ’Isya, sakit Rasulullah semakin berat dan tidak mampu keluar masjid. Rasul saw. bertanya pada ’Aisyah:” Apakah manusia sudah shalat ? ”. ”Belum wahai Rasulullah, mereka menunggumu”. Rasul berkata:” Letakkan air wudhu, ketika Rasul akan wudhu jatuh pingsan, dan ketika sadar bertanya lagi:” Apakah manusia sudah shalat ?” Dan begitulah ketika Rasul saw akan wudhu terjatuh lagi, sehingga mengutus seseorang agar Abu Bakar mengimami shalat. Dan Abu Bakar mengimami shalat selama 17 kali selagi Rasul saw. masih hidup. Sebenarnya ’Aisyah meminta berkali-kali agar jangan Abu Bakar yang mengimami shalat, tetapi Rasul saw. menolaknya dan tetap menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat.
Sehari sebelum wafat, kondisi Rasul saw. agak ringan sehingga keluar bersama manusia untuk sholat berjamaah. Melihat itu Abu Bakar mundur, tetapi Rasul saw. mengisyaratkan untuk tidak mundur. Dan Abu Bakar mengikuti shalat Rasul saw. Rasul saw. memerdekakan budak-budaknya, bersedekah 7 dinar dan memberikan alat-alat perang pada sahabat. Malamnya ’Aisyah hutang minyak pada tetangganya sedang baju besi Rasulullah saw digadaikan pada seorang yahudi untuk mendapatkan 30 sha gandum.
Pada hari Senin Shubuh Rasulullah saw. menyingkapkan tirai kamarnya dan para sahabat kaget bercampur gembira, menyangka Rasul saw. akan ikut shalat bersama mereka. Rasul melihat mereka dan mengisyaratkan untuk melanjutkan shalatnya. Kemudian Rasul saw. menutup tirai dan tidak shalat bersama mereka. Ketika waktu Dhuha Rasul memanggil Fatimah membisiki sesuatu lalu Fatimah menangis. Kemudian membisiki lagi dan Fatimah tersenyum. ’Aisyah bertanya- setelah wafatnya Rasul- tentang isi bisikan itu, maka Fatimah ra. menyampaikan:” Bahwa Rasul akan wafatnya, maka Fatimah menangis, kemudian dibisiki lagi, bahwa keluarga pertama yang akan menyusul Rasul saw. adalah Fatimah ra. maka beliau tertawa. Dan Rasul saw. juga memberikan kabar gembira bahwa Fatimah adalah pemimpin wanita (wanita terbaik) dunia.
Melihat betapa beratnya penderitaan Rasul maka Fatimah r. berkata:” Betapa beratnya engkau wahai ayahku”. Rasul menjawab:” Bapakmu tidak akan ada lagi penderitaan setelah ini”. Kemudian memanggil Al-Hasan dan Al-Husain dan menciumnya dan memberi wasiat yang baik pada keduanya. Mendo’akan istri-istrinya dan memberi nasehat.
‘Aisyah membaringkan Rasul saw. dipangkuannya, Abdurahman bin Abu Bakar masuk memberi siwak, dan Rasul saw bersiwak, mengambil sedikit air mengusap mukanya, ‘Aisyah mendengar bisikan Rasul saw. terakhir:” Bersama orang-orang Engkau yang telah beri ni’mat dari para nabi, shidiiqin, syuhada dan sholihin. Ya Allah amuni aku, rahmati aku, dan sampaikan aku dengan Ar-Rafiqul A’la (Kekasih Agung, Allah), Kekasih Agung”.
Demikian kematian senantiasa memberi nasehat bagi setiap manusia yang lalai agar kembali kepada Allah. Kematian adalah pemberi nasehat yang bisu, pemberi nasehat yang setia mengunjungi manusia dalam suka dan duka dan cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.
Dan akhirnya semoga kita diberikan tetap istiqomah dalam keimanan sehingga di akhirat kelak akan dikumpulkan bersama para nabi shiddiqin, syuhada dan shalihin. Amien Yaa Rabbal ‘alamiin. Wallahu a’lam bishowwab. []
Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar