Laman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 21 Januari 2015

MENGGERAKAN JARI TELUNJUK ATAU TIDAK SAAT SHALAT









Masalah menggerakkan jari telunjuk saat tahiyat di dalam shalat adalah masalah khilafiyah yang termasuk paling klasik. Kami katakan klasik, karena sejak zaman dahulu, para ulama sudah berbeda pendapat. Perbedaan pendapat di antara mereka tidak kunjung selesai sampai ribuan tahun lamanya, bahkan sampai hari ini. 

Titik masalahnya hanya kembali kepada cara memahami naskah hadits, di mana ada dalil yang shahih yang disepakati bersama tentang keshahihannya, namun dipahami dengan cara yang berbeda oleh masing-masing ulama. 

Sayangnya, teks hadits itu sendiri memang sangat dimungkinkan untuk dipahami dengan cara yang berbeda-beda. Alias tidak secara spesifik menyebutkannya dengan detail dan rinci. 

Yang disebutkan hanyalah bahwa Rasulullah SAW menggerakkan jarinya, tetapi apakah dengan teknis terus-terusan dari awal tahiyat hingga selesai, ataukah hanya pada saat mengucapkan ''illallah'' saja, tidak ada dalil yang secara tegas menyebutkan hal-hal itu. 

Dalil-dalil tentang Menggerakkan Jari 

1. Dari Wail bin Hujr berkata tentang sifat shalat Rasulullah SAW, "Kemudian beliau mengengga dua jarinya dan membentuk lingkaran, kemudian mengangkat tangannya. Aku melihat beliau menggerakkan jarinya itu dan berdoa". (HR Ahmad, An-Nasai, Abu Daud dan lainnya dengan sanad yang shahih) 

2. Dari Abdullah bin Umar ra berkata, "Rasulullah SAW bila duduk dalam shalat meletakkan kedua tangannya pada lututnya, mengangkat jari kanannya (telunjuk) dan berdoa". (HR Muslim) 

Dengan adanya kedua dalil ini, para ulama sepakat bahwa menggerakkan jari di dalam shalat saat tasyahhud adalah sunnah. Para ulama yang mengatakan hal itu antara lain adalah Al-Imam Malik, Al-Imam Ahmad bin Hanbal serta satu pendapat di dalam mazhab Al-Imam Asy-Syafi''i rahimahumullah. 

Tinggal yang jadi titik perbedaan adalah cara mengambil pengertian dari kata ''menggerakkan''. 

* Sebagian ulama seperti kalangan mazhab As-Syafi''i mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menggerakan hanyalah sekali saja, yaitu pada kata ''illallah''. Setelah gerakan sekali itu, jari itu tetap dijulurkan dan tidak dilipat lagi. Demikian sampai usai shalat. 

* Sebagian lainnya malah sebaliknya. Seperti kalangan mazhab Al-Hanafiyah yang mengatakan bahwa gerakan menjulurkan jari itudilakukan saat mengucapkan kalimat nafi (Laa illaha), begitu masuk ke kalimat isbat (illallaah) maka jari itu dilipat kembali. Jadi menjulurkan jari adalah isyarat dari nafi dan melipatnya kembali adalah isyarat kalimat itsbat. 

* Sebagian lainnya mengerakkan jarinya hanya pada setiap menyebut lafadz Allah di dalam tasyahhud. Seperti yang menjadi pendapat kalangan mazhab Al-Imam Ahmad bin Hanbal. 

* Dan sebagian lainnya mengatakan bahwa tidak ada ketentuannya, sehingga dilakukan gerakan jari itu sepanjang membaca tasyahhud. Yang terakhir itu juga merupakan pendapat Syeikh Al-Albani. (Lihat kitab Sifat Shalat Nabi halaman 140). Sehingga beliau cenderung mengambil pendapat bahwa menggerakkan jari dilakukan sepanjang membaca lafadz tasyahhud. 

Sekali lagi semua itu adalah ijtihad karena tidak adanya dalil yang secara tegas menyebutkan hal itu. Sehingga antara satu ulama dengan ulama lainnya sangat mungkin berbeda pandangan. Selama dalil yang sangat teknis tidak atau belum secara spesifik menegaskannya, maka pintu ijtihad lengkap dengan perbedaannya masih sangat terbuka luas. 

Dan tidak ada orang yang berhak menyalahkan pendapat orang lain, selama masih di dalam wilayah ijtihad. Pendeknya, yang mana saja yang ingin kita ikuti dari ijtihad itu, semua boleh hukumnya. Dan semuanya sesuai dengan sunnah nabi Muhammad SAW. 

Wallahu a''lam bishshawab

Kamis, 15 Januari 2015

CERITA LUCU










Seorang nenek genit masuk ke BI(Bank Indonesia) dengan sekoper uang.. Ia minta dipertemukan dgn GBI (Gubernur Bank Indonesia)

Nenek : "Saya akan buka rekening, dgn simpanan jumlah yg sangat besar!"

Staff BI ragu, tapi akhirnya membawa si nenek ke ruangan GBI...

GBI: "Brp banyak uang yg akan disimpan?"

Sambil meletakkan koper uang di meja,
Nenek: "Rp. 1 milyar!! Tunai !!"

Penasaranlah Pak GBI,
GBI: "Maaf, saya agak terkejut.. Dari mana ibu dapat uang tunai sebanyak ini?"

Nenek: "Saya menang tebak-tebakan.."

GBI: "Menebak macam apa, kok taruhannya besar sekali?"

Nenek: "Mau contoh? Saya yakin telur burungmu bentuknya kotak!"

GBI: "Apa?? Ini tebakan paling konyol yg pernah saya dengar.. Anda tak mungkin menang dgn tebakan seperti itu!"

Nenek: "Anda Berani bertaruh?"

GBI: "Siapa takut!! Saya bertaruh Rp. 50juta, krn saya tahu telur saya tdk kotak!"

Nenek: "Ok, ini menyangkut uang gede.. Bisa saya ajak pengacara ke sini besok jam 10 pagi?"

GBI: "Silahkan saja!"

Malamnya GBI, ia berdiri telanjang di depan cermin dan memastikan telurnya tidak kotak.. Sampai akhirnya dia yakin telurnya benar-benar bulat, tidak kotak.. Maka ia yakin besok bakal menang dan mendapatkan Rp. 50juta..

Tepat jam 10.00 pagi, nenek itu dtg dgn pengacara ternama dan terkenal.. Kemudian ia mengulang kesepakatan kemarin..

Nenek: "Rp. 50juta untuk tebakan telur burungmu yg kotak?"

Mengangguk setuju,
GBI: "Okay!!"

Nenek itu minta Gubernur buka celana supaya semua bisa melihat bentuk telurnya.. Nenek meraih telur Gubernur dan merabanya...
GBI: "Yah, tak apalah.. Uang Rp. 50juta tidak kecil.. Biar ibu yakin telur saya tdk kotak.."

Pada detik yg sama saat nenek itu meraba telur Gubernur, pengacaranya terlihat lemas sambil membentur-benturkan kepalanya ke dinding.....

GBI: "Ada apa dengan pengacara itu?"

Nenek ini menjawab kalem,
Nenek: "Ndak apa-apa... Saya cuma bertaruh dengannya Rp.250 juta, bahwa jam 10.00 pagi ini saya bisa memegang telur Gubernur BI..!!"


Rabu, 14 Januari 2015

KISAH SITI MASYITOH





 Pemain:
Putri raja Fir’aun
Raja Fir’aun
Haman
Pengawal                        
Siti Masyitoh
Suami
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai tuhan, setelah kedatangan nabi Musa A.S, merasa sangatlah gelisah dan resah akan dakwah nabi Musa A.S., karena Nabi Musa telah menunjukkan mu’jizat yang sangat menakjubkan dari tongkat yang berubah menjadi ular, dan tangan yang mengeluarkan sinar di depan kedua mata Fir’aun. Fir’aun takut kalau semua orang akan mengikuti Nabi Musa A.S. untuk itu Fir’aun selalu berlaku kejam kepada pengikut Nabi Musa A.S. untuk menakut-nakuti mereka dan menakut-nakuti yang lain agar tidak menyembah Allah. Meskipun tak banyak yang langsung masuk Islam setelah mendengar dakwah Nabi Musa A.S ,namun  banyak orang yang diam-diam mengikuti petunjuk dari Nabi Musa A.s salah satunya adalah Siti Masyitoh yang menjadi tukang sisir Putri Kerajaan.
Putri Raja Fir’aun :      Masyitoh!, Kemari!
Siti masyitoh:              Iya putri,
Putri Raja Fir’aun:       tolong sisir rambut indahku ini, aku akan menghadiri acara kerajaan dua jam lagi
Siti Masyitoh:              baik putri, saya tidak akan mengecewakan tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       cepatlah! jangan banyak bicara, setelah ini saya harus perawatan kuku dan berhias
Siti Masyitoh               baik putri

Ketika sedang menyisir, tiba-tiba sisir yang digunakan oleh Siti Masyitoh-pun terjatuh
Siti Masyitoh:              Astaghfirullah!
Putri Raja Fir’aun:       Kata apa itu?Astaga? atau apa tadi itu?
Siti Masyitoh:              bukan apa-apa tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       baiklah selesaikan tugasmu lalu pergilah
Siti Masyitoh:              baik putri
Setelah mendengar kata yang asing dari bibir Siti Masyitoh, Putri Raja Fir’aun berbincang dengan Haman penasihat kerajaan tentang kata asing itu.
Putri Raja Fir’aun:       Paman Haman kemarilah
Haman;                        ada apa tuan Putri?
Putri Raja Fir’aun:       pernahkah paman mendengar kata Astag, Astaghfi, atau apa itu?
Haman:                        Astaghfirullah-kah putri?
Putri Raja Fir’aun:       ya benar, kata itu
Haman:                        putri mendengar kata itu dari siapa?
Putri Raja Fir’aun:       dari penyisir rambutku, Siti Masyitoh, memang kenapa paman?
Haman:                        kata Astaghfirullah itu adalah ajaran Musa si penyihir itu
Putri Raja Fir’aun:       Astaga!, artinya siti Masyitoh telah menghianati kita paman
Haman:                        ya benar tuan putri.
Putri Raja Fir’aun:       lalu apa yang akan paman lakukan?
Haman:                        saya akan memberitahu ayah tuan putri, Raja Fir’aun, tentang kejadian ini. Nanti beliaulah yang memutuskan untuk mengampuni atau memberikan hukuman
Putri Raja Fir’aun:       baiklah paman, lalu apa yang harus aku lakukan?
Haman:                        lebih baik tuan putri bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa
Putri Raja Fir’aun:       baiklah paman
Dengan berjalan agak tergesa-gesa Haman menuju ke singgasana Raja Fir’aun. Sebelum berbicara pada Raja Fir’aun ia duduk tersimpuh seperti menyembah atau bersujud.
Raja Fir’aun:               Ada apa Haman?
Haman:                        Maaf tuanku, Hamba ada berita
Raja Fir’aun:               Berita apa Haman? Apa itu tentang musa?
Haman:                        Ya engkau benar tuan,
Raja Fir’aun:               Apa itu katakanlah Haman
Haman:                        Kita telah menemukan pengkhianat di dalam Istana tuanku
Raja Fir’aun:            Apa!siapa dia?siapa yang berani mengikuti musa?
Haman:                        Si...Si...Siti Masyitoh tuan (dengan nada takut)
Raja Fir’aun:               Kenapa kau bisa berkata seperti itu, apa yang telah di lakukannya?
Haman:                        Ia mengucapkan kalimat astaghfirullah tuan
Raja Fir’aun:               kau mendapat berita ini dari siapa?
Haman:                        dari putri kesayangan anda tuanku
Raja Fir’aun:               panggilah ia kemari,
Haman:                        baiklah tuanku
Haman kemudian bergegas memanggil Putri Raja Fir’aun
Haman:                        Maaf tuan putri hamba mengganggu
Putri Raja Fir’aun:       Ada apa paman
Haman:                        Raja memanggil anda tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       ayah memanggilku?ada apa aku kan tidak berbuat salah
Haman:                        bukan tuan putri, ini mengenai Siti Masyitoh, anda diminta memberikan kesaksian
Putri Raja Fir’aun:       baiklah aku akan segera ke sana,
Haman:                        baik tuan putri
Tak lama kemudian Putri Raja fir’aun-pun menghadap ayahnya,
Putri Raja Fir’aun:       ada apa ayah kenapa memanggilku?
Raja Fir’aun:               aku dengar dari Haman mentriku bahwa kau telah mendengar Siti Masyitoh mengucapkan kata-kata dari pengikut Musa, apa itu benar?
Putri Raja Fir’aun:       Itu benar ayah
Raja Fir’aun:               baiklah kalau begitu panggilkan Siti Masyitoh kemari beserta keluarganya kemari.
Putri Raja Fir’aun:       baik ayah
Sang putripun memanggil pengawal untuk membawa Siti Masyitoh menghadap kepada Raja beserta keluarganya,
Putri Raja Fir’aun:       Pengawal!
Pengawal:                    ada apa putri?,
Putri Raja Fir’aun:       Panggil Siti Masyitoh kemari!
Pengawal:                    Baik putri.
setelah beberapa saat menunggu akhirnya Siti Masyitohpun datang beserta keluarga besarnya dan sang putri diminta untuk meninggalkan ruang utama kerajaan
Raja Fir’aun:               Wahai Siti masyitoh, taukah kau mengapa kau ku panggil?
Siti Masyitoh:              Tidak tuanku, saya tidak tau
Raja Fir’aun:                Ku dengar kau mengucapkan kata-kata para pengikut musa?benar begitu?
Siti Masyitoh:              benar tuan
Raja Fir’aun:               bukankah kau tau apa akibatnya jika kau menghianatiku?
Siti Masyitoh:              saya tau tuanku
Raja Fir’aun:               lalu mengapa kau tetap melakukannya kalau kau tau?
Siti masyitoh:              lebih baik saya menerima hukuman tuanku daripada saya harus melakukan kemusyrikan
Raja Fir’aun:               jadi kau tak setuju untuk menyembahku
Siti Masyitoh:              Tidak tuanku yang berhak disembah hanyalah Allah tiada yang lain
Raja Fir’aun:                baiklah kalau itu maumu, Pengawal! Bawakan mangkuk besar berisi air beserta perapian di bawahnya
Pengawal:                    Baik tuanku, akan segera hamba laksanakan
Setelah beberapa saat kemudian pengawal membawakan perapian beserta mangkuk besar
Pengawal:                    Sudah siap tuanku
Raja Fir’aun:               Lihatlah Masyitoh, kau akan aku rebus beserta kelaurgamu bila kau tetap tidak mau menyembahku, tidakkah kau kasihan kepada suami dan anak-anakmu? Tetaplah menyembahku Masyitoh
Siti Masyitoh:             Tidak tuan,
Raja Fir’aun:               baiklah kalau begitu, pengawal! Seret suaminya dan masukkan ke dalam mangkuk besar itu
Pengawal:                   baik tuan
Sang pengawal-pun menyeret suami Siti Masyitoh dan membawanya hingga di pinggir mangkuk besar yang berisi air mendidih
Raja Fir’aun:               Ada kata-kata terakhir?
Suami Siti Masyitoh-pun memberikan pesan terakhirnya
Suami:                         Masyitoh tetaplah pada pendirianmu, Allah tidak akan pernah menganiaya hamba-Nya yang beriman
Raja Fir’aun:               Pengawal masukkan dia!
Pengawal-pun memasukkannya ke dalam mangkuk besar
Suami:                         Lailahaillallah
Suami siti Masyitoh-pun masuk ke dalam air mendidih lalu tenggelam ke dalam rendaman air mendidih itu
Raja Fir’aun:               bagaimana Masyitoh?kau tetap tidak mau menyembahku?
Siti Masyitoh:             tidak tuan
Raja Fir’aun:               Pengawal! Masukkan anak-anaknya mulai dari yang paling besar
Sang pengawalpun membawa anak sulung siti masyitoh ke pinngir mangkuk besar untuk direbus.
Raja Fir’aun:               Apa permintaan terakhirmu?
Anak 1:                       Ibu, Sampai jumpa di syurga ibu, Allah Maha menepati janji
Raja Fir’aun:               Permintaan macam apa itu, ceburkan dia!
Anak pertama siti masyitoh-pun akhirnya diceburkan ke air mendidih
Anak 1:                       Lailahaillallah
Raja Fir’aun:               Berikutnya!
Sang pengawal-pun membawa Anak kedua Siti Masyitoh ke pinggir mangkuk besar
Raja Fir’aun:               Tahan pengawal!, Bagaimana Siti Masyitoh, aku beri kau kesempatan untuk bertobat dan kembali menyembahku
Siti Masyitoh:             Tidak tuan. Tuhan saya adalah Allah bukan tuan
Raja Fir’aun:               Dasar keras kepala!, apa permintaan terakhirmu?
Anak 2:                       Ibu kita akan bertemu lagi di syurga ibu. Sampai nanti
Raja Fir’aun:               kalian benar-benar telah terkena sihir Musa!, ceburkan dia!
Sang pengawal-pun menceburkan Anak kedua Siti Masyitoh ke dalam air mendidih
Anak 2:                       Lailahaillallah
Raja Fir’aun:               bagaimana Masyitoh?Ini kesempatan terakhirmu untuk memohon ampun padaku dan kembali menyembahku.
Siti Masyitoh:             Tidak tuan, saya hanya akan memohon ampun dan menyembah Allah saja
Raja Fir’aun:               benar-benar kau ini!, lihatlah anakmu yang masih bayi itu apa kau tidak merasa kasihan? Kalau kau tidak sayang pada nyawamu paling tidak sayangilah nyawa anakmu yang masih bayi itu, Dia masih punya hak untuk hidup Masyitoh
Siti Masyitoh-pun sempat terdiam karena melihat anaknya yang masih bayi mungil itu dan hatinya sempat ragu-ragu, namun saat itu keajaiban Allah datang, Allah menepati janjinya bayi Siti Masyitoh yang belum bisa bicara bisa bicara dengan sangat jelas
Anak 3:                       Ibu janganlah kau ragu, janji Allah itu pasti ibu
Karena melihat keajaiban di depan matanya, Siti masyitoh-pun menjadi semakin yakin akan janji Allah dan dengan lantang ia menjawab,
Siti Masyitoh:              Tidak tuan. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, tuhan saya adalah Allah meskipun saya dan bayi saya harus mati
Raja Fir’aun:               Cukup sudah bualanmu, sudah habis kesabaranku, Pengawal! Ceburkan dia ke air mendidih!
Pengawal:                   baik tuan
Siti Masyitoh:             Lailahaillallah
Akhirnya mereka menjalani hukuman dengan direbus ke dalam air mendidih karena mereka beriman dan menyembah Allah, namun kasih sayang Allah selalu berpihak pada orang beriman dan beristiqomah dalam keimanannya, mereka semua telah meninggal dunia sebelum dimasukkan ke dalam air mendidih sehingga Siti masyitoh beserta keluarganya tak merasakan panasnya air mendidih.
Siti Masyitoh adalah wanita sholehah yang teguh dalam keimanannya sehingga Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan sehingga beliau bertanya tentang kuburan tersebut dan jibril menjawab bahwa itu kuburan Siti Masyitoh.
Demikianlah Drama Kisah Siti Masyitoh yang diambil dari kisah keteladanan Siti Masyitoh dalam menjaga keimanannya pada Allah SWT, Semoga bermanfaat, Wallahu’alam.