Laman

Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 20 Februari 2015

Perbuatan Ini Sebabkan Pelakunya Masuk Neraka





DIANTARA manusia yang akan masuk neraka adalah wanita-wanita jahil yang suka memamerkan tubuhnya untuk merayu lelaki, dan tidak pernah mentaati perintah Allah SWT. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Ada dua jenis manusia penghuni neraka yang tidak pernah aku lihat; orang yang membawa cambuk seperti ekor ternak, yang mereka gunakan untuk mencambuk orang lain, dan wanita yang berjalan dengan genitnya, dengan kepala seprti punuk unta yang miring ke salah satu sisi. Mereka tidak akan pernah masuk surga, bahkan mereka tidak akan mencium wanginya surga, kendatipun wangi surga itu tercium (oleh orang lain) dari jarak yang sangat jauh,” (H.R Muslim, al-Baihaqi, dan Ahmad)
Mengenai orang-orang yang memiliki cambuk seperti ekor binatang ternak, al-Qurthubi berkata, “Cambuk semacam ini dapat kita lihat bahkan sampai sekarang ini di Maroko.” Menanggapi ucapan Al-Qurtubi tersebut, Siddiq Hasan Khan berkata, “Memang cambuk yang demikian itu dapat dilihat setiap waktu dan di setiap tempat, dan jumlahnya semakin hari semakin banyak di kalangan para pemimpin. Semoga kita dilindungi Allah SWT dari semua yang dibencinya.”Di zaman sekarang ini pun kita masih dapat menyaksikan orang-orang seperti itu di banyak tempat mencambuk orang. Semoga orang-orang seperti itu dan sekutunya binasa!
Saat ini banyak wanita yang memakai pakaian tetapi mereka kelihatan seperti telanjang dan tampaknya fenomena seperti ini sudah sangat meluas pada masa sekarang ini. Persis yang dilukiskan oleh Nabi Muhammad SAW, mereka berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan genit, dengan kepala seperti punuk unta yang miring ke salah satu sisi.


 [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]


[1] Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, III, h. 316 no. 1326
[2] Yaqazah Uli al-I’tibar, h. 113

Selasa, 17 Februari 2015

ALAM BARZAKH DAN TEMPAT PARA ROH






KETIKA maut telah tiba, jasad kita dan roh pada diri kita akan terpisah. Roh akan pergi meninggalkan jasad ke alam barzakh. Di mana, alam itu merupakan tempat pengumpulan seluruh roh manusia. Roh-roh manusia di alam barzakh berada di tempat yang bertingkat-tingkat. Dari nas-nas yang ada, kami mengkalsifikasikannya sebagai berikut.
1. Roh para nabi
Roh mereka menempati kedudukan terbaik di tempat paling tinggi (‘illiyyin). Siti Aisyah mendengar Rasulullah SAW dalam detik-detik akhir kehidupannya mengucap, “Ya Allah, (tempatkan aku) di tempat tertinggi (ar-Rafiq al-A’la)!”
2. Roh para syuhada
Di sisi Allah, mereka hidup seraya mendapatkan rezeki yang sangat besar. Allah berfirman, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki,” (QS. Ali Imran:169).
Masruq bertanya kepada Abdullah ibn Mas’ud mengenai ayat ini. Ibn Mas’ud menjawab, “Roh mereka berada di tengah-tengah burung hijau dan memiliki lampu pelita yang tergantung di langit. Roh itu dapat keluar dari surga sekehendak dirinya, kemudian kembali ke pelita-pelita tersebut,” (HR. Muslim).
Ini adalah roh sebagian syuhada, bukan semua syuhada, sebab di antara mereka ada yang rohnya tertahan karena memiliki hutang yang belum ditunaikan. Dari Abdullah ibn Jahsy diceritakan bahwa seorang laki-laki dating kepada Nabi SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang terjadi padaku jika aku terbunuh di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Surga.” Ketika orang itu berpaling, beliau bersabda, “Kecuali ada hutang.
"Baru saja Jibril memberi tahu aku.”
3. Roh mukmin yang shaleh
Roh mereka seperti burung yang bergelantungan di pohon surga. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrahman ibn Ka’ab ibn Malik, Nabi SAW bersabda, “Jiwa seorang muslim itu laksana burung yang bergelantungan di pohon surga sampai Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari kiamat,” (HR. Ahmad).
Perbedaan antara roh syuhada dengan roh kaum mukmin adalah bahwa roh syuhada berada di sangkar burung hijau sambil terlepas dan berjalan ke sana ke mari di taman surga lalu kembali ke lampu pelita yang tergantung di arasy. Sedangkan roh kaum mukmin berada di sangar burung yang tergantung di surge tetapi tidak berjalan ke sana-sini di surga. Keadaan kaum mukmin seperti burung yang bergelantungan di pohon surga tidak bertentangan dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Hadis tersebut menyatakan bahwa malaikat menggenggam roh seorang mukmin dan membawanya naik ke langit. Malaikat berseru, “Alangkah wanginya roh yang mendatangi kalian dari bumi!” Lalu mereka membawa roh itu menemui roh orang-orang beriman. 
kegembiraan mereka melebihi kegembiraan orang yang menemukan barangnya yang hilang.
Roh-roh kaum mukmin bertanya kepada si roh, “Apa yang dilakukan si fulan? 
Apa yang diperbuat si fulan?” Malaikat berseru, “Biarkan dia, sebab dia sebelumnya sengsara di dunia.” Lalu roh tersebut menjawab, “Si fulan telah mati, apakah ia mendatangi kalian?” Mereka menjawab, “Ia diseret ke neraka Hawiyah.
4. Roh tukang maksiat
Nas-nas yang menjelaskan azab yang diterima oleh orang maksiat telah dikemukakan. Orang yang kebohongannya merajalela diazab dengan besi yang ujungnya bengkok yang dimasukkan ke mulutnya sampai ke tungkuk.
Kepala orang yang meninggalkan shalat wajib karena tidur akan dihancurkan dengan batu. Para pezina, laki-laki atau perempuan akan disiksa di sebuah lubang seperti tungku dari tembikar untuk membakar roti yang bagian atasnya sempit, dan di bawahnya luas, sementara api menyala-nyala di bawahnya.
Orang yang suka makan riba berenang di lautan darah, dan di tepi lautan itu ada orang yang melemparinya dengan batu. Banyak juga hadis lain yang menceritakan tentang azab orang yang tidak bersuci dari kencingnya, orang yang suka mengadu domba di antara manusia, orang yang menyembunyikan harta ghanimah, dan lain-lain.
5. Roh orang-orang kafir
Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah bahwa setelah melukiskan keadaan orang beriman sampai menempati tempatnya di surga, Nabi SAW menyebut keadaan orang-orang kafir beserta sekarat yang dialaminya. Setelah rohnya dicabut, roh itu keluar dari jasadnya dengan bau yang sangat busuk, sampai-sampai para malaikat yang membawanya ke pintu bumi berteriak, 
“Alangkah busuknya roh ini!” Kemudian mereka membawanya bertemu dengan roh-roh orang kafir lainnya. 


 [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]


Minggu, 15 Februari 2015

Sifat Nikmat dan Azab Kubur di Akhir Zaman







DALAM hadis dari al-Barra’ ibn ‘Azib, Rasulullah SAW menuturkan bahwa malaikat bertanya kepada seorang mukmin, dan ia menjawabnya dengan baik. Setelah itu, terdengar seruan dari langit, “Hambaku benar. Beri dia pembaringan dari surga, berikan pakaian dari surga dan bukakanlah pintu menuju surga baginya!” Nabi melanjutkan, “Lalu ia diberikan wewangian dari surga, dan dilapangkan kuburnya sejauh pandangan mata. Malaikat mendatanginya (dalam riwayat lain: menyamar) dalam bentuk lelaki yang tampan, bajunya bagus, baunya wangi, dan berkata, ‘Bergembiralah dengan kemudahan yang telah kau terima (bergembiralah dengan ridha Allah dan surga yang berisi kenikmatan abadi). Ini adalah hari yang telah dijanjikan untukmu. Lali ia (si mukmin) berkata, ‘Siapakah engkau? Wajahmu penuh kebaikan.’ Ia menjawab, ‘Aku adalah amal shalehmu (Demi Allah, yang aku tahu, engkau cepat dalam ketaatan, lambat dalam maksiat. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan!).’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga dan pintu neraka, lalu dikatakan, ‘Ini tempatmu bila mendurhakai Allah. Allah membalas maksiatmuu dengan neraka ini.’ Ketika ia melihat surga, ia berdoa ‘Ya Tuhan, percepatlah datangnya kiamat agar aku dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan hartaku.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Tenanglah!’”
Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang kafir atau jahat, setelah memberi jawaban yang salah, terdengar seruan di langit, “Ia telah berdusta. Siapkanlah tempat tidur dari api neraka dan bukakanlah pintu menuju neraka!” Panas dan racun mendatanginya, dan kuburan menjepitnya hingga tulang-tulangnya remuk. Lalu datanglah kepadanya (dalam riwayat lain: menyamar) seorang laki-laki yang buruk wajahnya, kumal pakaiannya, busuk baunya, lalu berkata, “Bergembiralah dengan sesuatu yang menyengsarakanmu! Inilah hari yang telah dijanjikan bagimu.” Si kafir berkata, “Siapa kau? Wajahmu membawa kejahatan.” Yang ditanya menjawab, “Aku adalah amal burukmu (Demi Allah, yang aku tahu, engkau lambat dalam menaati Allah dan cepat dalam berbuat maksiat. Semoga Allah membalasmu dengan kejahatan!).” Kemudian Allah menjadikannya buta, tuli, bisu. Di tangan malaikat ada potongan besi yang jika dipakai untuk memukul gunung, gunung itu akan hancur jadi debu. Malaikat memukul si kafir dengan alat itu sampa menjadi debu. Kemudian bentuknya dikembalikan lagi seperti semula, lalu ia dipukul lagi sampai ia berteriak histeris yang terdengar oleh segala sesuatu kecuali manusia dan jin. Kemudian dibukakan pintu neraka dan disiapkan untuknya tempat tidur dari neraka. Ia berteriak, “Ya Tuhan, jangan kau datangkan hari kiamat.”
Dalam hadis Anas disebutkan bahwa seorang mukmin setelah menjawab pertanyaan malaikat dengan benar di dalam kubur, kepadanya dikatakan, “Lihatlah tempat tinggalmu di neraka. Namun Allah menggantinya dengan surga.” Ia melihat neraka dan surga. Qatadah berkata, “Ada riwayat bahwa kuburnya di lapangan.” Dalam hadis Anas juga disebutkan bahwa orang kafir dan munafik setelah menjawab dengan salah di dalam kubur, kepadanya dikatakan, “Kau tidak mengetahui dan tidak mengikuti.” Kemudian ia dipukul dengan palu besi pada bagian di antara dua telinganya. Ia menjerit histeris hingga terdengar oleh yang sekitarnya kecuali manusia dan jin. (HR. Bukhari dan Muslim).
Redaksi hadis di atas versi Bukhari. Versi Muslim, “Sesungguhnya jika seorang hamba telah dimasukkan ke dalam kubur …” dan seterusnya (seperti telah disebutkan sebelumnya) sampai kepada, “kuburannya di lapangkan sejauh tujuh puluh hasta dan penuh dengan nuansa hijau sampai hari kebangkitan.”
DALAM riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa seorang hamba mukmin setelah tanya jawab, ia dibawa malaikat ke rumahnya di neraka. Kepadanya dikatakan, “Ini tadinya untukmu, namun Allah melindungimu dan menggantinya dengan rumah di surga.” Setelah melihat rumah itu, ia berkata, “Biarkan aku pergi agar dapat memberi kabar gembira kepada keluargaku.” Dikatakan kepadanya, “Tinggalah di sini.”
Dari hadis-hadis di atas dapat ditarik benang merah bahwa setiap manusia akan diperlihatkan tempat tinggalnya nanti setelah ditanya di dalam kubur, dan itu berlangsung terus menerus selama di dalam kubur. Dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar RA, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian mati, akan diperlihatkan tempat tinggalnya pada pagi dan sore. Bila ia termasuk penghuni surga, maka tempat tinggalnya dari surga; bila ia termasuk penghuni neraka, maka tempat tinggalnya dari neraka. Lalu kepadanya dikatakan, ‘Inilah tempat tinggalmu sampai Allah membangkitkanmu pada hari kiamat’.”
Dalam sunan at-Tirmidzi diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW memberitakan bahwa malaikat Munkar dan Nakir berkata kepada seorang mukmin setelah ia menjawab dengan benar, “Kami tahu kau akan mengatakan hal itu.” Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta, dan diterangi cahaya. Kepadanya kemudian dikatakan, “Tidurlah” Lalu ia berkata, “Aku akan kembali ke keluargaku untuk mengabari mereka.” Keduanya berkata, “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak bangun kecuali oleh anggota keluarga yang paling dicintainya.” Ia pun tidur, hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidur itu. Adapun kepada orang munafik, kedua malaikat tu berkata, “Kami tahu kau akan mengatakan hal itu.” Lalu dikatakan kepada tanah, “Himpitlah dia!” Tanah segera menghimpitnya sampai tulang-tulangnya remuk. Ia senantiasa disiksa sampai dibangkitkan oleh Allah dari tempat tidurnya itu. 

[Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

Sabtu, 07 Februari 2015

PERINGATAN KEMATIAN





Hukum kematian manusia masih terus terjadi,
Karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita
Dan esok hari tiba-tiba sudah menjadi bagian dari suatu berita
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan
Maka manusia diantara keduanya, dalam alam impian dan khayalan
Maka selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu,
Akan berlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
(Diambil secara bebas dari kitab Laa Tahzan).
DEMIKIANLAH hakikat kematian dan kehidupan. Kehadirannya tidak selalu disertai dengan pendahuluan. Dan demikianlah kematian itu menimpa orang-orang mukmin.
”Diantara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya),” (QS Al-Ahzaab 23).
Setiap Jiwa akan Mati (Kullu nafsi Dzaaiqotul maut)
Khairil Anwar seorang penyair Pujangga Baru yang ingin hidup seribu tahun lagi, akhirnya mati juga bahkan dalam usia muda. Dan nun jauh disana di Palestina, orang-orang Yahudi yang datang dari penjuru dunia dan berkumpul untuk mendapatkan kehidupan dunia. Bahkan al-Qur’an mengabadikannya sebagai kelompok yang sangat rakus dan ingin hidup seribu tahun lebih. Akhirnya harus hidup gelisah, takut dan mencekam serta banyak yang mati dalam menghadapi para mujahidin Intifadhah. Khalid bin Walid yang berkali-kali mengikuti perang bersama Rasul saw. dan sahabat dan dalam tubuhnya ada 70 lebih bekas tusukan pedang, ternyata meninggal dalam pembaringan.
Begitulah ajal, punya cara tersendiri dalam mendatangi manusia. Suatu realitas yang akan menjemput setiap insan tanpa kecuali. Mereka yang sholih dan tholih (durhaka), mu’min dan kafir. Kematian menghancurkan setiap kelezatan dunia dan menghentikan langkah manusia di dunia. Tetapi banyak manusia yang lalai dan abai dari kematian. Padahal melalaikan kematian tidak berguna sama sekali untuk menolak kematian. Kematian pasti akan datang menjemput manusia, baik yang melalaikannya ataupun menyadarinya. Karena kematian adalah realitas (hak). ”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali Imraan 85).
Kematian akan datang kepada manusia baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok atau serentak. Musibah Tsunami, gempa bumi, longsor, badai, gunung meletus, kecelakaan pesawat terbang, kereta api dan kendaraan lainnya telah merenggut ratusan ribu nyawa secara serentak.. Bahkan kematian yang disebabkan karena musibah lebih banyak dari yang disebabkan oleh perang. Malaikat maut tidak pernah merasa lelah mengerjakan tugas ini dari Allah SWT. Dan tidak akan menunda-nunda waktu barang satu menitpun. Pada gilirannya malaikat maut akan menyapa dan mendatangi kita, dimana saja kita berada. ”Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS An-Nisa 78). Abu Darda berkata:”Apabila anda mengingat orang-orang yang sudah mati, maka anggaplah dirimu salah seorang di antara mereka”
Kematian merupakan rahasia Allah, tetapi Allah SWT. memberikan tanda-tandanya pada manusia, agar mereka sadar dan mempersiapkannya. Gigi rontok, rambut beruban, anggota badan sakit dan fisik melemah. Tanda-tanda lain berupa isyarat-isyarat yang Allah berikan berupa mimpi dan lainnya. Tanda-tanda ini sejatinya harus menjadi pelajaran dan nasehat bagi kita. Ibrahim An-Nakho’i berkata:”Jika kami datang ke rumah orang yang meninggal dunia atau mendengar ada orang yang meninggal dunia, hal itu membekas pada kami hingga berhari-hari, karena kami tahu akan ada sesuatu (ajal itu akan membawanya ke surga atau neraka)”.
Sakitnya Kematian (Sakaratul Maut)
”Dan datanglah sakaratul maut dengan benar, itulah yang senantiasa kamu hindari” (QS Qaaf 19). Wahai manusia inilah sakaratul maut yang kamu selalu hindari dan lari darinya. Padahal kematian itu pasti, dan sakaratul maut itu akan terjadi.
Sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang paling menyakitkan yang akan dirasakan manusia. Bahkan sesuatu yang teramat menyakitkan melebihi yang lainnya. Rasa sakit itu berbanding lurus dengan keimanan dan amal seseorang. Orang-orang kafir akan merasakan sakit yang paling berat. Mereka akan merasakan sakaratul maut berhari-hari bahkan mungkin lebih dari satu minggu. Begitu juga orang yang yang zhalim akan merasakan betapa pedihnya sakaratul maut. Sedangkan orang beriman akan merasakan sakit juga tetapi tidak seperti orang kafir atau zhalim.
Bagi orang beriman, kepedihan dan kesakitan sakaratul maut adalah akhir dari penderitaan di dunia, dan penghapusan atas segala dosa-dosa yang telah dilakukan untuk kemudian mendapatkan keridhoan Allah dan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan bagi orang-orang kafir sakaratul maut adalah awal dari azab di akhirat untuk kemudian mereka akan merasakan murka Allah dan azab yang lebih berat lagi. Yang pasti kedua golongan itu akan merasakan sakaratul maut. Dan yang paling ringan sakaratul mautnya adalah para syuhada. Bahkan mereka merindukan untuk hidup kembali dan mati syahid kembali.
Betapa beratnya sakaratul maut sampai Rasulullah saw. ketika menjelang ajalnya mencelupkan tangannya pada air dan berdo’a: Ya Allah ringankanlah padaku sakaratul maut” (HR at-Tirmidzi). Al-Qur’an dan Hadits telah menggambarkan bagaimana sakaratul maut. Bagi orang-orang yang kafir sangat menyakitkan sedangkan bagi orang-orang beriman sangat mudah. ” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata):”Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan ) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS al- An’am 93).
Kisah tentang kematian dan sakaratul maut sangat banyak sekali. Dan sekarang kita banyak dapati majalah-majalah yang menyebutkan tentang kondisi kematian seseorang, terutama orang-orang yang banyak berbuat maksiat. Para pezina baik lelaki maupun perempuan yang matinya bau busuk, yang mayatnya dimakan ulat dan belatung. Pemakan riba yang matinya gosong terbakar, para pemakan harta anak yatim yang matinya mengerikan, para penjudi yang matinya menghinakan, para pemabuk dan para pemuas seks bebas matinya di pangkuan pelacur. Para pemimpin kafir dan sekuler yang sekaratul mautnya lama dan dirahasiakan dsb. Kisah-kisah itu, walaupun mungkin cerita itu tidak benar semua dan banyak ilustri dan bumbu-bumbu dari sana-sini, tetapi yang pasti tidak semuanya salah.
Ingat Mati (Dzikrul Maut)
BETAPA kuatnya nasehat kematian, sehingga Rasulullah saw. Selalu melakukan ziarah qubur dan mengingat kematian. Dan memerintahkan kepada umatnya untuk berziarah kubur dan mengingat kematian. ” Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan” (HR At-Tirmidzi). Demikian anjuran Rasulullah saw. untuk mengingat kematian, karena mengingat kematian akan meningkatkan kesadaran dan jati diri manusia dalam kehidupan dunia. Mengingat kematian juga akan memberikan dampak positif dalam kehidupan dunia, berupa lembutnya hati, peka dan cepat merespon sehingga terpacu untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan kemaksiatan.
Rasulullah saw. bersabda: “Aku pernah melarang kalian ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur, karena melembutkan hati, meneteskan airmata, mengingat akhirat dan berkata jorok,” (HR Al-Hakim). Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i setelah menguburkan saudaranya yang meninggal, berdiri di depan kubur, berusaha memahami bahasa kuburan dan berdialog: ”Aku bertanya pada kuburan, mana harta dan perabotan? Mana kecantikan dan daya tarik? Mana kejayaan dan kesombongan? Mana kehinaan?” Demikianlah salafu shalih berinteraksi dengan kuburan.
Orang yang senantiasa mengingat kematian adalah orang yang paling cerdas. Ukuran kecerdasan seseorang dilihat dari sejauh mana dia bertindak secara efektif dan efesien, berbuat untuk kepentingan diri dan orang lain dan memiliki Visi – Misi jauh kedepan serta memiliki pengendalian diri yang kuat. Dan dengan mengingat kematian seseorang akan beramal sesuai dengan ukuran-ukuran tersebut. Rasulullah saw. ditanya oleh salah seorang sahabat dari Anshar, Ibnu Umar menceritakan:” Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah saw?” Rasul saw. menjawab:” Orang yang paling banyak ingat kematian dan paling banyak mempersiapkan untuk menjumpainya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat,” (HR Ibnu Majah).
Bagi orang-orang beriman yang menyakini hari akhir dan kesenanganan di surga, kematian berarti kunci untuk mendapatkan keni’matan tersebut dan mereka sangat rindu bertemu kekasihnya, Allah SWT. Dan terbebas dari beban-beban dan kesulitan hidup di dunia, karena dunia adalah penjara bagi orang – orang beriman. Sejarah telah membuktikan bagaimana orang-orang yang mencari kematian, merekalah yang mendapatkan kemuliaan di dunia. Para syuhada dalam jihad dan perjuangan merekalah yang mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Abu Bakar as-Shiddiq berkata: ”Bersemangatlah untuk meraih kematian, niscaya Allah akan memberikan padamu kehidupan”. Karena sejatinya orang yang mati syahid di jalan Allah, tidaklah mati, tetapi hidup disisi Allah SWT, hidup di alam barzakh dan hidup di akhirat.
Dzikrul maut telah membakar semangat orang-orang beriman untuk terus beramal shalih, berdakwah dan berjihad dengan tanpa pamrih dan tanpa butuh publikasi media masa. Karena mereka menyakini bahwa semua itu akan dicatat dan dipublikasikan di akhirat kelak. Disinilah perbedaan antara pahlawan dan selebriti. Para pahlawan senantiasa beramal dan berkorban sehingga merubah arah sejarah, mendapat sanjungan dan publikasi yang luas ketika mereka hidup dan meninggal. Sementara selebiriti selalu mencari publikasi untuk mempopulerkan dirinya. Mereka bagian dari korban sejarah dan hanya mendapat sanjungan sebelum meninggal, tetapi setelah meninggal, berita mereka hilang ditelan masa. Para pahlawan selalu mencari kematian sedangkan selebriti selalu mencari kehidupan.
Kehidupan Sesudah Kamatian (Al-Hayaatu ba’dal Maut)
Bagi orang beriman kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan dan membahagiakan. Di surga penuh dengan keni’matan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1000 tahun lagi. Tetapi sikap itu adalah sia-sia, dan utopia belaka, karena kematian pasti datang menjumpainya, suka atau tidak suka.
Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang riwayat imam Ahmad perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk diatas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari para malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan memerintahkan pada malaikat:” Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan ke dunia”. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga mendapat keni’matan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga dilapangkan kuburnya dan mendapat teman yang baik, dengan wajah yang baik, pakaian yang baik dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
Sedangkan seorang yang kafir ketika akan meninggal dunia, datanglah malaikat hitam dengan membawa kain kotor. Datanglah malaikat maut dan duduk dikepalanya dan memerintahkan ruh yang buruk untuk keluar dari jasadnya. Malaikat maut menarik ruh itu dari jasadnya seperti menarik duri dari kain wol yang basah. Setelah itu ditaruh di kain yang kotor dan terciumlah bau busuk menyengat. Kemudian dibawa naik ke langit. Dan setiap naik ke langit para malaikat mempertanyakan ruh yang bau busuk tersebut. Dan ruh itu tidak sampai naik langit dimana Allah berada disana dan tidak bertemu Allah. Allah memerintahkan untuk mengembalikan ke jasadnya dan dicatat dalam kitab Sijjin. Datang kedua malaikat bertanya sebagaimana pertanyaan diatas, tetapi orang kafir itu hanya berkata oh-oh dan tidak dapat dijawabnya. Setelah itu diberi alas dari neraka, mendapat siksa kubur dan neraka selalu dibukakan pintunya. Dan ditemani dengan teman yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya dan buruk baunya. Teman itu adalah amalnya ketika di dunia.
Demikianlah, kematian merupakan sebuah pintu pembuka dari kebahagiaan yang abadi atau kesengsaraan yang abadi. Tidak ada pilihan ketiga. Setiap manusia akan melewati pintu itu cepat atau lambat. Dan hakikatnya segala sesuatu yang akan terjadi adalah cepat, karena waktu itu cepat berlalu. Sudah siapkah kita? Lalu persiapan apa yang harus kita lakukan? Hanya ada 3 bekal, harta yang diinfakkan, ilmu yang diamalkan dan anak sholih yang mendo’akan. Sedangkan landasan dari ketiganya yaitu, iman dan taqwa.
Detik-detik Rasulullah saw. menuju Ar-Rafiqul A’la (Daqaiq Rasul ila ar-Rafiqul ’Ala)
Agar kematian kita menjadi indah, agar peringatan kematian berpengaruh sangat kuat, maka alangkah baiknya jika kita mengetahui detik-detik terakhir Rasulullah saw. menuju Ar-Rafiqul A’la.
Isyarat itu berawal ketika Rasulullah saw. menunaikan Haji Wada’ dimana beliau mennyampaikan khutbah yang sangat menyentuh dan diawali:” Wahai manusia dengarkanlah ucapanku, sesungguhnya aku tidak tahu, mungkin tidak akan bertemu kalian lagi selepas tahun ini di tempat ini selamanya”. Dan setelah khutbah selesai, maka turunlah surat al-Maa-idah 3, ”Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu ni’mat-Ku, dan telah Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu”. Saat mendengar ayat itu, Umar ra menangis, dan ketika ditanya kenapa anda menangis ? Umar menjawab:” Karena tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan”.
DAN di hari Tasyrik turun surat an-Nashr. Ibnu Abbas mengomentari turunnya ayat ini, bahwa sudah dekat ajal Rasulullah saw. Di bulan Safar beliau mengunjungi syuhada Uhud dan menunaikan sholat untuk mereka, seolah mengucapkan perpisahan bagi yang hidup dan yang mati. Kemudian ke masjid Nabawi dan berkhutbah diatas mimbar:” Saya akan mendahului kalian dan saya akan menjadi saksi bagi kalian. Dan demi Allah saya akan melihat telagaku sekarang, saya diberi kunci-kunci perbendaharaan dunia, dan saya demi Allah tidak takut kalian musyrik setelahku, tetapi aku takut kalian akan berlomba-lomba meraih dunia”.
Malamnya beliau menuju kuburan Baqi dan memohonkan ampun bagi mereka dan mengucapkan salam: Assalamu’alaikum wahai ahli kubur. Beliau meneruskan:” Akan terjadi fitnah seperti gelapnya malam yang terakhir mengikuti yang awal, dan yang akhir lebih buruk dari yang awal”. Rasulullah saw. memberikan kabar gembira pada ahli Baqi dan berkata:” Kami akan menyusul kalian”.
Permulaan Rasulullah saw. sakit di akhir bulan Safar setelah mengantarkan jenazah, sakit kepala berat dan demam. Pada saat sakit berat itu Rasulullah masih sempat bertanya giliran pada istrinya: ”Saya besok dimana ?”. Maka seluruh istrinya setuju untuk dirawat dirumah ’Aisyah ra. ’Aisyah senatiasa membacakan Al-Qur’an, surat Al-Falaq dan Anas dan membacakan do’a untuk Rasul saw.
Pada hari kelima sebelum wafatnya, panas dan demam Rasulullah saw. meningkat dan minta disiram air. ” Siramilah aku tujuh gayung dari sumur yang berbeda supaya aku bisa bertemu sahabat. Kemudian panasnya berkurang dan masuk masjid, duduk di belakang mimbar dan berkhutbah:” Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid”. Kemudian melanjutkan:” Janganlah engkau jadikan kuburku patung yang disembah”. Kemudian beliau menawarkan dirinya untuk diqishos:” Siapa yang dahulu pundaknya di cambuk, maka inilah pundaku siap di cambuk, siapa yang dahulu kehormatannya dicederai, maka inilah kehormatanku siapa dibalas”. Setelah itu sholat Dzuhur. Dan ba’da sholat Dzhuhur beliau melanjutkan khutbah, berbicara tentang keutamaan Abu Bakar dan keutamaan Al-Anshar.
Pada hari keempat sebelum wafatnya Rasulullah saw. memberikan beberapa wasiat. Pertama; wasiat agar membebaskan Jazirah Arab dari Yahudi, Nashrani dan Musyrik, kedua; wasiat untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, ketiga; wasiat untuk tetap menjaga shalat dan memelihara budak”. Dan walaupun sakit berat, Rasulullah saw. tetap shalat bersama para sahabat. Pada malam hari menjelang ’Isya, sakit Rasulullah semakin berat dan tidak mampu keluar masjid. Rasul saw. bertanya pada ’Aisyah:” Apakah manusia sudah shalat ? ”. ”Belum wahai Rasulullah, mereka menunggumu”. Rasul berkata:” Letakkan air wudhu, ketika Rasul akan wudhu jatuh pingsan, dan ketika sadar bertanya lagi:” Apakah manusia sudah shalat ?” Dan begitulah ketika Rasul saw akan wudhu terjatuh lagi, sehingga mengutus seseorang agar Abu Bakar mengimami shalat. Dan Abu Bakar mengimami shalat selama 17 kali selagi Rasul saw. masih hidup. Sebenarnya ’Aisyah meminta berkali-kali agar jangan Abu Bakar yang mengimami shalat, tetapi Rasul saw. menolaknya dan tetap menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat.
Sehari sebelum wafat, kondisi Rasul saw. agak ringan sehingga keluar bersama manusia untuk sholat berjamaah. Melihat itu Abu Bakar mundur, tetapi Rasul saw. mengisyaratkan untuk tidak mundur. Dan Abu Bakar mengikuti shalat Rasul saw. Rasul saw. memerdekakan budak-budaknya, bersedekah 7 dinar dan memberikan alat-alat perang pada sahabat. Malamnya ’Aisyah hutang minyak pada tetangganya sedang baju besi Rasulullah saw digadaikan pada seorang yahudi untuk mendapatkan 30 sha gandum.
Pada hari Senin Shubuh Rasulullah saw. menyingkapkan tirai kamarnya dan para sahabat kaget bercampur gembira, menyangka Rasul saw. akan ikut shalat bersama mereka. Rasul melihat mereka dan mengisyaratkan untuk melanjutkan shalatnya. Kemudian Rasul saw. menutup tirai dan tidak shalat bersama mereka. Ketika waktu Dhuha Rasul memanggil Fatimah membisiki sesuatu lalu Fatimah menangis. Kemudian membisiki lagi dan Fatimah tersenyum. ’Aisyah bertanya- setelah wafatnya Rasul- tentang isi bisikan itu, maka Fatimah ra. menyampaikan:” Bahwa Rasul akan wafatnya, maka Fatimah menangis, kemudian dibisiki lagi, bahwa keluarga pertama yang akan menyusul Rasul saw. adalah Fatimah ra. maka beliau tertawa. Dan Rasul saw. juga memberikan kabar gembira bahwa Fatimah adalah pemimpin wanita (wanita terbaik) dunia.
Melihat betapa beratnya penderitaan Rasul maka Fatimah r. berkata:” Betapa beratnya engkau wahai ayahku”. Rasul menjawab:” Bapakmu tidak akan ada lagi penderitaan setelah ini”. Kemudian memanggil Al-Hasan dan Al-Husain dan menciumnya dan memberi wasiat yang baik pada keduanya. Mendo’akan istri-istrinya dan memberi nasehat.
‘Aisyah membaringkan Rasul saw. dipangkuannya, Abdurahman bin Abu Bakar masuk memberi siwak, dan Rasul saw bersiwak, mengambil sedikit air mengusap mukanya, ‘Aisyah mendengar bisikan Rasul saw. terakhir:” Bersama orang-orang Engkau yang telah beri ni’mat dari para nabi, shidiiqin, syuhada dan sholihin. Ya Allah amuni aku, rahmati aku, dan sampaikan aku dengan Ar-Rafiqul A’la (Kekasih Agung, Allah), Kekasih Agung”.
Demikian kematian senantiasa memberi nasehat bagi setiap manusia yang lalai agar kembali kepada Allah. Kematian adalah pemberi nasehat yang bisu, pemberi nasehat yang setia mengunjungi manusia dalam suka dan duka dan cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.
Dan akhirnya semoga kita diberikan tetap istiqomah dalam keimanan sehingga di akhirat kelak akan dikumpulkan bersama para nabi shiddiqin, syuhada dan shalihin. Amien Yaa Rabbal ‘alamiin. Wallahu a’lam bishowwab. []

Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta

ROH MEMILIKI SIFAT TERTENTU





ROH merupakan salah satu bagian pada diri kita. Roh yang kini menyatu dengan jiwa kita, suatu saat nanti akan terpisah. Entah seperti apa pemisahan itu, tapi yang pasti, ketika telah terpisah, roh akan melihat jasadnya sendiri. Ya, setelah kematian roh dan jasad terpisah, hingga nantinya dipertemukan kembali pada kesempatan tertentu, untuk dimintai pertanggungjawaban.
Jika jasad memiliki sifat-sifat tertentu, apakah roh yang menyatu dengan jasad itu pun memiliki sifat-sifat tertentu? Karena roh diciptakan dari suatu jenis yang tak ada bandingannya di alam nyata ini, kita tidak dapat mengetahui sifat-sifatnya. Allah menginformasikan pada kita bahwa roh itu naik dan turun, mendengar, melihat, berbicara dan seterusnya.
Namun, sifat-sifat tersebut berbeda dengan sifat-sifat jasmani. Jadi, turun, naik, mendengar, melihat, bangun dan tidurnya roh itu bukanlah seperti yang biasa kita kenal. Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita bahwa roh itu naik ke langit tinggi lalu dikembalikan ke kubur dalam waktu sesaat. Beliau juga mengabarkan bahwa roh merasakan nikmat dan azab di dalam kubur. Tak ragu lagi bahwa kenikmatan ini berbeda dengan yang biasa kita kenal.
Maka jelas telah kita ketahui bahwa sifat-sifat roh itu berbeda dengan jasad. Walaupun apa yang dilakukan roh itu sama seperti jasad, tapi tetap yang dirasakannya itu berbeda. Maka dari itu, roh yang kini menempati jasad kita, suatu saat nanti akan terpisah dan memiliki sifat yang berbeda dengan jasad kita.
Wallahu ‘alam.
 [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]




HUKUM MEMBACA SHOLAWAT SAAT TASYAHHUD





Pakai Sayyidina dalam Shalawat, Bagaimana Hukumnya?” 

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Pak ustadz, saya mau tanya tentang hukum membaca shalawat kepada nabi di saat kita sedang duduk tahiyat akhir. Apakah shalawat itu hukumnya wajib ataukah sunnah?
Kemudian juga tentang penambahan kata ’sayyidina’ dalam shalawat itu, boleh ditambahkan atau haram hukumnya. Penjelasan ustadz sangat saya harapkan
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Gatot Prasetyo

Jawaban:

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Mazhab As-Syafi`iyyah dan Al-Hanabilah menyatakan bahwa shalawat kepada nabi dalam tasyahhud akhir hukumnya wajib. 
Sedangkan shalawat kepada keluarga beliau SAW hukumnya sunnah menurut As-Syafi`iyah dan hukumnya wajib menurut Al-Hanabilah.
Untuk itu kita bisa merujuk pada kitab-kitab fiqih, misalnyakitab Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halama 173, atau juga bisa dirunut ke kitab Al-Mughni jilid 1 halaman 541.
Sedangkan menurut Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah, membaca shalawat kepada nabi pada tasyahhud akhir hukumnya sunnah. Demikian juga dengan shalawat kepada keluarga beliau.
Keterangan ini juga bisa kita lihat pada kitab Ad-Dur Al-Mukhtar jilid 1 halaman 478 dan kitab Asy-Syarhu Ash-Shaghir jilid 1 halaman 319.
Adapun lafaz shalawat kepada nabi dalam tasyahud akhir seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW adalah:
اللهم صلى على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Allahumma Shalli `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad, kamaa shallaita `ala Ibrahim wa `ala aali Ibrahim. Wa baarik `ala `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad, kamaa barakta `ala Ibrahim wa `ala aali Ibrahim. Innaka hamidun majid.
Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarganya, sebagaimana shalawat-Mu kepada Ibrahim dan kepada keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana barakah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Agung.
Masalah Penggunaan Lafaz ‘Sayyidina’ Di dalam kitab Ad-Dur Al-Mukhtar jilid 1 halaman 479, kitab Hasyiyah Al-Bajuri jilid 1 halaman 162 dan kitab Syarhu Al-Hadhramiyah halaman 253 disebutkan bahwa Al-Hanafiyah dan As-Syafi`iyah menyunnahkan penggunaan kata (sayyidina) saat mengucapkan shalawat kepada nabi SAW . Meski tidak ada di dalam hadits yang menyebutkan hal itu.
Landasan yang mereka kemukakanadalah bahwa penambahan kabar atas apa yang sesungguhnya memang ada merupakan bagian dari suluk kepada Rasulullah SAW. Jadi lebih utama digunakan daripada ditinggalkan.
Sedangkan hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata,`Janganlah kamu memanggilku dengan sebuatan sayyidina di dalam shalat`, adalah hadits maudhu` dan dusta. .
Adapun selain mereka, umumnya tidak membolehkan penambahan lafadz (sayyidina), khususnya di dalam shalat, sebab mereka berpedoman bahwa lafadz bacaan shalat itu harus sesuai dengan petunjuk hadits-hadits nabawi. Bila ada kata (sayyidina) di dalam hadits, harus diikuti. Namun bila tidak ada kata tersebut, tidak boleh ditambahi sendiri.
Demikianlah, ternyata para ulama di masa lalu telah berbeda pendapat. Padahal dari segi kedalaman ilmu, nyaris hari ini tidak ada lagi sosok seperti mereka. Kalau pun kita tidak setuju dengan salah satu pendapat mereka, bukan berarti kita harus mencaci maki orang yang mengikuti pendapat itu sekarang ini. Sebab merekahanya mengikuti fatwa para ulama yang mereka yakini kebenarannya. Dan selama fatwa itu lahir dari ijtihad para ulama sekaliber fuqaha mazhab, kita tidak mungkin menghinanya begitu saja.
Adab yang baik adalah kita menghargai dan mengormati hasil ijtihad itu. Dan tentunya juga menghargai mereka yang menggunakan fatwa itu di masa sekarang ini. Lagi pula, perbedaan ini bukan perbedaan dari segi aqidah yang merusak iman, melainkan hanya masalah kecil, atau hanya berupa cabang-cabang agama. Tidak perlu kita sampai meneriakkan pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sebagai tukang bid’ah.
Wallahu a’lam bishshawab, 
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sumber Pakai Sayyidina dalam Shalawat, Bagaimana Hukumnya? : http://www.salaf.web.id

Dahsyatnya Kengerian di Alam Kubur







HANI’ budak Utsman ibn Affan, meriwayatkan hadis: Ketika Utsman RA berhenti sebuah kuburan, beliau menangis tersedu-sedu sampai basah janggutnya. Lalu beliau ditanya, “Engkau mengingat surga dan neraka tapi tidak menangis. Namun, saat mengingat kubur, engkau menangis. Mengapa?” Jawab beliau, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kubur adalah rumah akhirat pertama. Bila selamat di kubur, maka yang setelahnya jadi lebih mudah; bila tidak selamat di kubur, maka yang setelahnya lebih sulit.’ Aku juga mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur’.”
Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang telah selamat, maka seorang mukmin dalam kuburnya, ketika melihat surga yang disiapkan Allah, berkata, “Ya Tuhan, segerakanlah terjadinya kiamat agar aku tidak kembali ke keluarga dan hartaku!” Sedangkan seorang kafir lagi jahat, ketika melihat azab pedih yang dipersiapkan Allah baginya, berseru, “Ya Tuhan, jangan kau datangkan kiamat!” karena yang akan datang lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.
Kegelapan Alam Kubur
Seorang wanita yang biasa menyapu mesjid Nabawi pada masa Rasulullah SAW wafat. Beliau SAW merasa kehilangan. Para sahabat menyampaikan bahwa wanita itu wafat tadi malam dan telah dikubur malam itu juga. Mereka tidak sampai hati mengingatkan beliau. Nabi SAW lalu meminta beberapa sahabat untuk menunjukkan kuburannya. Setelah sampai di kubura wanita itu, beliau menyalati perempuan itu kemudian bersabda, “Kuburan ini sungguh sangat gelap bagi para penghuninya. Allah azza wa jalla menyinarinya bagi mereka dengan salatku tadi,” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah, Baihaqi dan Ahmad). [Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

Jumat, 06 Februari 2015

Rasulullah Mendengar Suara Mayat Disiksa, Pelajaran Menuju Akhir Zaman





ALLAH memberikan kemampuan kepada Rasul-Nya untuk mendengar orang-orang yang disiksa dalam kubur. Dalam hadis riwayat Muslim dikatakan bahwa Za’id bin Tsabit berkata:
Pada saat Nabi SAW berada di kebun Bani Najjar sambil naik keledai dan kami menyertainya, tiba-tiba keledai itu meyimpang dari jalanan, lari dan hampir saja menghempaskan beliau. Ternyata di situ terdapat kuburan enam, lima atau empat orang. Beliau SAW bertanya, “Siapa yang mengenal penghuni kuburan ini?” Seorang laki-laki menjawab, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Kapan mereka meninggal?” Ia menjawab, “Ketika mereka syirik.” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya umat ini diuji dalam kuburannya, dan kalau bukan karena kalian akan takut menguburkan, sungguh aku akan berdoa kepada Allah agar Ia memperdengarkan azab kubur yang kudengar kepada kalian.”
Dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim dan Sunan an-Nasa’I, Abu Ayyub al-Anshari berkata bahwa Rasulullah SAW keluar pada malam hari setelah matahari terbenam. Tiba-tiba beliau mendengar suara dan bersabda, “Seorang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya.”
Dalil lain yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mendengar suara orang yang diazab dalam kubur adalah hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibn Abbas. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW melewati dua kuburan lalu beliau bersabda, “Keduanya sedang disiksa, tapi bukan karena dosa besar.”
Selain Rasulullah SAW yang Mendengar Suara Mayat yang Disiksa
Sebagian orang ada yang mengaku bahwa mereka dapat mendengar atau melihat orang-orang yang disiksa di dalam kubur. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh terpercaya yang tak memiliki cacat dalam agama dan kejujuran mereka. Ibn Taimiyah berkata, “Terkadang hal itu tersingkap bagi orang-orang pada zaman ini, baik dalam keadaan jaga atau tidur. Mereka mengetahui dan memastikan kebenarannya. Kami dapat menyodorkan banyak hal mengenai hal itu.”
Dalam rangka membantah kalangan yang menolak adanya azab kubur, Ibn Taimiyah berkata:
Jika diketahui bahwa pada saat tidur, roh orang yang tidur duduk, berdiri, berjalan, pergi, berbicara dan melakukan banyak hal dengan batin bersama rohnya, dan badan serta rohnya memperoleh kenikmatan serta azab padahal jasadnya berbaring, matanya terpejam, mulutnya terkatup, anggota tubuhnya diam, dan terkadang ia bergerak dengan kekuatan gerakan dalam, terkadang juga berdiri, berjalan, berbicara dan berteriak karena kekuatan dalam batinnya. Maka, seperti inilah keadaan orang mati di dalam kubur. Rohnya, duduk, meminta, merasa nikmat dan sengsara, dan berteriak, pada saat yang sama ia masih berhubungan dengan badannya yang terbaring di dalam kubur. Terkadang hal itu menguat sampai Nampak pada badannya. Terkadang ia terlihat keluar dari kubur sedangkan azab masih menimpa dirinya dan malaikat azab menyertainya. Badannya bergerak, berjalan dan keluar dari kubur. Lebih dari seorang telah mendengar suara orang-orang yang sedang diazab di dalam kubur. Juga telah disaksikan mayat-mayat yang keluar dari kubur dalam keadaan tersiksa, dan mayat-mayat yang duduk. Namun hal ini tak selalu dialami oleh setiap mayat. Sama halnya dengan duduknya orang tidur, tidak selalu terjadi, akan tergantung pada keadaannya.” []
Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi

Senin, 02 Februari 2015

NASIHAT IMAM AL GHAZALI






6 Nasihat Hidup Penting Dari Imam Al Ghazali dengan kisah sebagai berikut. Salah seorang murid Al Ghazali yang telah menyertai gurunya selama bertahun-tahun bertanya-tanya kepada dirinya.
Ia bersama sama murid yang lain berguru, menemani dan melayani gurunya dalam waktu yang cukup lama.
Berbagai ilmu dan pengalaman spiritual telah diperolehnya, tetapi ia masih merasa ragu terhadap dirinya.
Ia berkata kepada dirinya, “Saya telah membaca berbagai macam ilmu. Usiaku habis untuk belajar dan mengumpulkan bermacam-macam ilmu.
Hingga sekarang saya tidak mengetahui ilmu yang mana yang bermanfaat bagiku dan menemaniku kelak di alam kubur.
Saya juga tidak tahu ilmu mana yang tidak bermanfaat bagiku sehingga saya harus meninggalkannya.
Padahal Rasulullah saw. telah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung denganMu dari ilmu yang tidak bermanfaat.”
Ia terus berpikir dan berpikir sampai akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada gurunya, Al Ghazali. Ia mengadukan kepadanya kegelisahan hatinya dan meminta nasihat. Ia memang mengaku sudah banyak memperoleh pelajaran dari gurunya, tetapi yang dicari belum ditemukan.
Kemudian Al Ghazali beserta salah satu murid tersebut mengumpulkan semua murid-muridnya. Lalu ia bertanya kepada mereka, “ Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?”. Murid-muridnya ada yang menjawab, ” orang tua, guru, teman, dan kerabatnya “ .
Imam Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Imam Ghazali yang paling dekat dengan manusia adalah “mati”.
Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)
Lalu Imam Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?”. Murid -muridnya ada yang menjawab, “negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang “.
Lalu Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawapan yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”.
Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak boleh kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang paling besar di dunia ini ?”. Murid-muridnya ada yang menjawab, “gunung, bumi, dan matahari” .
Semua jawapan itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu” (Al A’Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini ?”. Ada yang menjawab dengan jawapan, baja, besi, dan gajah.
Semua jawapan hampir benar, kata Imam Ghazali, “tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 72.
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menerima permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka kerana ia tidak dapat memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “ Apa yang paling ringan di dunia ini?”. Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan.
Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan solat”. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan solat.
Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini ?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang.
Benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.